Thursday, April 24, 2014

MODEL SKEMA DAN VARIASI DALAM SEJARAH FILM


            Film dalam sejarah telah memberikan pengaruh dan dampak yang dibuat oleh masing-masing sutradara pada zamannya, hal tersebut muncul dari kekuatan medium film itu sendiri. Mengutip perkataan Lauren Becall yang mengatakan “The industry is shit, it’s medium that’s great” bahwa perkembangan film dalam sejarah mengacu pada perkembangan teknik yang digunakan oleh masing-masing sutradara pada setiap periode, bagaimana mereka menggunakan teknik tersebut dan mengembangkannya untuk film-film mereka dan bagaimana mereka mengubah medium film itu sendiri yang ditujukan untuk memberikan pengaruh sinematik kepada para filmmaker selanjutnya.

            Medium film sendiri berangkat dari kemampuan yang dihasilkan oleh ilmu fotografi, dimana kumpulan gambar statis yang berurutan pada sebuah peristiwa dapat menjadi sebuah gambar bergerak, sistem kerja ini dikenal sebagai intermitten movement. Lalu kemampuan tersebut didukung oleh kemampuan alamiah manusia yakni mata yang bisa menangkap sebuah gambar dalam sepersekian detik dan masih dapat mengingat gambar tersebut walaupun sudah berlalu, sistem kerja mata inipun dikenal dengan istilah persistence of vision. Istilah-istilah tersebut tidak akan disebut dalam sejarah apabila tidak adanya kemampuan dari sebuah medium, kemampuan yang berhasil diciptakan oleh sekumpulan ilmuwan, temuan yang menghasilkan sebuah teknologi.

            Teknologi film yang berkembang seiring berjalannya waktu dalam sejarah selalu mempengaruhi para filmmaker untuk menuangkan visi dan misinya. Berbagai faktor dan latar belakang sang filmmaker mempengaruhi bagaimana mereka berkerja. Mark Cousins dalam bukunya The Story of Film (yang merupakan sebagian besar adalah referensi tulisan ini dari bagian introduction) menyebutkan berbagai nama filmmaker dengan berbagai latar belakang dalam mewujudkan kreatifitas didalam film-film mereka seperti Martin Scorsese’s seorang keturunan Italia-Amerika yang pada masa kecilnya dipenuhi oleh banyak imajinasi, Shohei Imamura seorang anarkis filmmaker dari Jepang yang membenci budaya dan kesopanan berasal dari tanah kelahirannya, Steven Spielberg yang berusaha melakukan sesuatu yang berbeda karena bosan dengan pembuatan film secara normal pada umumnya, dan lain sebagainya. Berbagai visi dan misi para filmmaker tersebut lalu memberikan pengaruh dan dampak kepada para filmmaker sesudahnya, hal tersebut menjadi sebuah model skema didalam pembuatan film dalam sejarah. Kemudian perkembangan perngaruh dan dampak yang telah diberikan oleh para filmmaker tersebut ditiru (seperti apa yang telah diperkirakan) oleh para filmmaker selanjutnya, mereka telah saling melihat bagaimana berkerja membuat sebuah adegan dalam film dan kemudian mereka berkolaborasi yang menimbulkan pemakaian sebuah teknik yang sama tetapi dengan tujuan yang berbeda dan tentu dengan teknologi dari medium film yang berbeda. Hal ini oleh E.H. Gombrich yang menulis The Story of Art disatukan oleh sebuah konsep “schema plus correction” atau menurut Cousins lebih cocok disebut sebagai “variasi”.

            Skema film adalah sebuah bentuk gagasan serta ide dari seorang filmmaker pada zamannya yang dituangkan kedalam sebuah shot yang membentuk sequence didalam film menggunakan medium teknologi film yang ada pada zamannya. Lalu dari kumpulan skema dari masing-masing filmmaker pada zamannya ditiru oleh para filmmaker pada era selanjutnya, meniru dalam hal ini tidak serta merta menjiplak apa adanya, tetapi mereka harus mengubah teknik tersebut lebih berkembang sesuai kemampuan, mengubah jalan penceritaan berdasarkan isu politik atau tren yang berkembang pada zaman itu. Hal tersebut yang telah disebutkan diatas adalah model skema ditambah variasi.

Kiri dan kanan dari atas ke bawah: The Battleship Potempkin (1925) oleh Sergei Eisenstein, The Untouchables (1987) oleh Brian de Palma, The Naked Gun (1994) oleh David Zucker

            Pertama adalah dari film The Battleship Potempkin oleh Sergei Eisenstein (1925). Film ini terkenal karena telah menghasilkan sebuah teori dari medium film itu sendiri yaitu pada pemotongan kumpulan shot atau gambar yang tidak berhubungan digabung menjadi sebuah makna tertentu yang ditangkap oleh penonton, konsep kreatifitas ini terlihat pada adegan yang dikenal sebagai “The Odessa Staircase”. Hal ini dikenal sebagai teori montase (montage theory) yang berkaitan dengan teknik editing film.

Kedua, bertahun-tahun selanjutnya Brian de Palma membuat film yang berjudul The Untouchables (1987) membuat adegan serupa seperti di The Odessa Staircase sebagai bentuk kekaguman dan tribute atas Eisenstein. Hal yang serupa selain adegan koflik baku tembak di turunan tangga adalah jatuhnya kereta bayi, sementara perkembangan kreatifitas yang dilakukan Palma adalah dengan gaya pengambilan gambar yang lebih variatif, type of shot yang ditampilkan lebih efisien dan jelas tujuannya, ritme editing yang digunakan lebih lambat dengan disertai banyak efek slow motion dan lokasi setting pada interior.

Terakhir dari David Zucker didalam film The Naked Gun (1994), terlihat juga adegan baku tembak diatas turunan tangga dan adegan kereta bayi. Motivasi Zucker membuat adegan tersebut adalah sebatas tribute untuk Eisenstein. Perbedaanya terletak pada saat adegan kereta bayi, pergerakan kamera cenderung statis, type of shot yang digunakan lebih banyak medium close up dan close up untuk menekankan impresi emosi dan dramatik adegan, dan sama seperti film Palma, Zucker melakukan adegan ini pada interior. Hal lain dari Eisenstein yang ditiru Zucker adalah teori montase atau editing dalam filmnya, dimana dua buah kejadian dijadikan satu menggunakan gaya editing classicism dan paralel editing.



No comments

Post a Comment

© アダン
Maira Gall