Monday, November 11, 2013

Sekilas Film Pendek Say Hello to Yellow oleh B.W. Purbanegara


            Film Say Hello to Yellow yang berdurasi kurang lebih 20 menit disutradarai oleh B.W. Purbanegara. Dalam film ini sang sutradara yang berasal dari Sleman, Yogyakarta menggambil setting tempat di Gunung Kidul. Sebuah film dengan alur kisah yang penuh sindiran bagi orang-orang kebanyakan saat ini, dimana benda yang bernama gadget baik handphone, blackberry, dan lain sebagainya sudah tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Film ini bercerita tentang seorang anak kecil bernama Risma pindah tempat tinggal dari kota ke desa. disana ia tinggal bersama Ibunya yang merupakan seorang bidan. Risma sangat menyukai segala sesuatu yang berwarna kuning, sampai segala sesuatu yang ia kenakan pasti memiliki unsur warna kuning seperti tas, buku, dan handphone. Di desa ia sekolah di sebuah sekolah dasar, ia selalu membawa ponselnya kemana-kemana dan berlagak telponan. Komunikasi Risma dengan teman-teman barunya agak kurang baik karena ia selalu sibuk dengan ponselnya. Salah satu teman baru Risma yang bernama Kurniati mencoba mendekati Risma dengan menanyakan namanya, memberinya jajanan makanan khas desa tersebut, dan mengantar pulang Risma bersamanya dengan sepeda. Teman lainnya yang bernama Ranto dan Boni juga berusaha mendekati Risma, tapi Risma selalu saja mengacuhkan mereka. Padahal Ranto telah menyimpan buku komik Risma yang dulu tertinggal di tepi sungai. Suatu saat Risma terpaksa ikut Kurniati yang katanya mau ke bukit di desa itu karena Risma tidak mau pulang bersama Ranto, Boni dan teman-temannya. Di bukit Risma melihat seluruh warga desa yang ternyata terlihat sedang menelepon, karena hanya di bukit itu terdapat sinyal handphone. Maka ketahuan lah kalau ternyata ia selama di sekolah membawa ponsel dan berlagak telponan hanya pura-pura, Risma juga kaget bahwa ternyata teman-temannya juga semuanya memiliki handphone. Ia sadar bahwa untuk berteman dan berkomunikasi tidak memerlukan ponsel, sebuah ponsel ternyata telah mengabaikan apa saja yang berada disekitar kita bahkan teman sekalipun.

”OIDIPUS SANG RAJA” oleh Sophokles


Sinopsis Plot
            Pada suatu ketika di istana Thebes para rakyatnya datang menghadap rajanya Oidipus, mengeluhkan keadaan Thebes yang dari hari ke hari semakin memburuk. Datanglah Creon membawa berita gembira tentang jalan keluar dari kesengsaraan yang terjadi di Thebes, bahwa kematian Laius raja Thebes dahulu kala harus dibalas dengan darah pula. Oidipus pun bersumpah akan mengungkap rahasia dari kematian Laius dan mencari siapa pembunuhnya untuk menyelamatkan Thebes yang sedang dilanda bencana.
            Oidipus pun memanggil seorang pertapa yang buta matanya bernama Teresias, ia di Thebes terkenal sebagai sorang pertapa yang tahu segalanya. Pertapa itu mengatakan bahwa yang membunuh Laius raja Thebes dulu adalah Oidipus sendiri, Oidipus pun tidak percaya dan menuduh Teresias berkomplot dengan Creon adik iparnya yang memiliki niat untuk menjatuhkan Oidipus dari singgasana kerajaan. Mendengar tuduhan tersebut Creon pun marah, memang ia yang mengusulkan Teresias untuk datang ke istana menemui Oidipus. Tapi Creon bersikeras bahwa ia tidak berkeinginan menjadi raja, hidup seperti raja tanpa mahkota itulah keinginannya. Oidipus tidak peduli dan tetap menuntut kematian Creon karena pengkhianatan yang ia tuduhkan. Jocasta permaisuri Thebes istri Oidipus datang dan menenangkan suasana, menyuruh Creon pergi dari istana dan masuk ke istana bersama Oidipus untuk menenangkan hati suaminya.

Right Place oleh Kosai Sekine




            Film ini bercerita tentang seorang pegawai sebuah toko yang memiliki sifat bahwa segala sesuatu itu harus pada tempatnya, lurus, dan terlihat rapi. Mulai dari segala aktivitas yang dia lakukan dirumahnya sebelum berangkat kerja, seperti meletakkan piring, sendok dan garpu di meja harus lurus, rapi dan dengan jarak yang pas, bahkan saat makan dan minum semuanya harus terlihat lurus dan rapi. Sampai saat di toko pun mulai ketika meletakkan barang-barang di etalase harus tersusun dengan rapi dan pada tempatnya, ketika mengembalikan uang kembalian ke pembeli pun harus rapi dan harus sesuai dengan masing-masing jenis uangnya. Hal ini dilihat oleh orang-orang disekitarnya sebagai sesuatu yang aneh, sampai pada akhirnya hanya karena dia melihat ada seorang wanita yang mengenakan kaus kaki tidak rapi dan dia rapikan tanpa bicara apa-apa mengakibatkan dia dipecat dari toko tempat dia bekerja. Dia sadar bahwa kalau dirinya itu sedikit eksentrik, tapi dia yakin dengan segala sesuatu yang berada disekelilingnya pada tempatnya, dirinya pun pasti akan berada pada tempatnya juga entah dimana di dunia ini.

LOVEFIELD oleh Matthieu Ratthe

Nama   : Rasyadan Muhammad
NIM    : 1130550037


Matthie Ratthe seorang sutradara asal Kanada, membuat sebuah film pendek dengan judul Lovefield (2008). Film ini adalah penggabungan dari horor, ketegangan dan drama untuk membuat alur cerita yang memainkan emosi penonton. Cerita diawali di hamparan ladang gandum, tepatnya di sebuah daerah yang bernama Hedren Hill County. Seekor burung gagak berkicau seakan memberi tahu kalau akan atau telah terjadi sesuatu yang sangat buruk. Di tengah-tengah ladang gandum tersebut tergeletak sebuah ponsel, uang dan tas tersebar di tanah, disamping barang-barang tersebut seorang wanita dengan darah di kaki yang menangis kesakitan. Beberapa saat setelah itu wanita berhenti menangis muncul seorang pria berbadan besar dengan tangan yang berlumuran darah menusuk sebilah pisau di tanah. Dia berlari dari meninggalkan ladang menuju sebuah mobil dipinggir jalan dengan ekspresi panik, ia membuka bagasi belakang dan membawa sebuah selimut ke ladang gandum menuju wanita yang tergeletak di tanah tadi. Setelah itu adegan berlanjut dan sekaligus berakhir dengan klimaks yang tidak terduga.
© アダン
Maira Gall