Sunday, January 13, 2013

Ludruk Cerminan Masyarakat Jawa Timur


            Ludruk merupakan salah satu bentuk kesenian atau teater rakyat masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya yang di dalamnya tercermin karakteristik masyarakat Jawa Timur itu sendiri. Keindahan, kebaikan maupun kebenaran yang dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur teraplikasikan dalam kesenian Ludruk. Teori klasik/neo klasik sejak zamannya Plato, Aristoteles, Sokrates memberikan pengertian bahwa kesenian adalah suatu bentuk usaha untuk menyalin alam ke dalam berbagai macam bentuk dan dalam hal ini adalah usaha masyarakat Jawa Timur untuk menyalinnya ke dalam bentuk kesenian Ludruk. Berbagai aspek yang terefleksi dalam kesenian Ludruk berupa nilai-nilai yang dianut masyarakat tersebut, simbolisasi kritik sosial terhadap situasi dan kondisi sosial dan juga penggambaran rasa cinta, kasih sayang dan keindahan yang terdapat di dalam masyarakat Jawa Timur. Dari hal tersebut juga terlihat peranan hubungan antara masyarakat dan seni, dimana masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat Jawa Timur adalah sumber dari kesenian Ludruk. Sementara kesenian Ludruk adalah hasil dari perkembangan peradaban masyarakat Jawa Timur dan melalui hasil tersebut Ludruk menjadi berkembang di masyarakat dan sekaligus menjadi simbol dari nilai-nilai yang ada di masyarakat Jawa Timur.

Friday, January 11, 2013

Analisis Pertunjukan Wayang Golek Sebagai Media Seni yang Bersifat Multimedia


Wayang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang pada dasarnya bersifat sesaat, artinya waktu dan ruang yang digunakan ketika seni itu diperlihatkan, didengarkan, diperagakan hanya bersifat sementara. Tapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman juga kesenian wayang dapat dikategorikan sebagai seni multimedia, karena di dalam pertunjukan wayang seluruh jenis kesenian dapat dimasukkan seperti seni rupa, seni gerak dan seni suara.
            Wayang golek dari Sunda merupakan salah satu bentuk seni multimedia, selain jenis-jenis wayang lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia khususnya disekitar Sunda, Jawa dan Bali. Wayang golek merupakan salah satu kesenian yang memiliki keunikan tersendiri. Sebagai perbandingan, bentuk sajian wayang kulit Jawa selalu menggunakan kelir yang fungsinya untuk memproyeksikan bayangan dari bentuk wayang tersebut hal ini sesuai dengan asal kata wayang yang konon berasal dari ’bayang’ dan penonton menikmati pertunjukan melalui bayangan tersebut (pada perkembangannya penonton wayang kulit tidak menikmati pertunjukkan melalui proyeksi bayangan lagi). Sementara pada wayang golek penonton langsung menyaksikan bentuk rupa wayang golek tersebut yang terbuat dari kayu tanpa ada proyeksi bayangan seperti pada wayang kulit. Dari hal tersebut dapat dilihat jenis kesenian yang ditampilkan oleh kesenian wayang baik itu wayang golek maupun kulit yakni seni rupa atau visual.
            Sama seperti wayang kulit Jawa, wayang golek Sunda juga dimainkan oleh seorang dalang yang perannya sebagai pemimpin jalannya pertunjukan. Unsur gerak dapat terlihat dari permainan antara sang dalang dengan wayang, saat wayang dan dalangnya berakting, bertingkah laku bahkan menari di atas pentas. Unsur suara dapat ditemukan juga saat sang dalang melagukan suluk (semacam syair yang ditembangkan) dan menyuarakan antawacana (dialog antar tokoh wayang). Selain itu unsur suara dalam bentuk musik juga dapat ditemukan pada permainan gamelan Sunda yang mengiringi jalannya sajian pertunjukan wayang golek.

Wednesday, January 2, 2013

Sekilas Tentang Masyarakat Using


Oleh: Ayu Sutart(Peneliti Tradisi, Universitas Jember Jawa Timur)

Pendahuluan

Secara  administratif  orang  Using  (Osing)  bertempat  tinggal  di  Kabupaten Banyuwangi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Timur. Beberapa   abad  yang  lalu,  wilayah  yang  sekarang  dikenal  sebagai  Kabupaten Banyuwang ini   merupaka wilaya utam Kerajaa Blambangan.   Wilayah pemukiman  orang  Using  makin  lama  makin  mengecil,  dan  jumlah  desa  yang bersikukuh  mempertahankan  adat-istiadat  Using  juga  makin  berkurang.  Dari  21 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, tercatat tinggal 9  kecamatan saja yang diduga masih menjadi kantong kebudayaan Using.  Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Banyuwangi, Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi,  Songgon, Singojuruh, Cluring, dan Genteng (Sari, 1994:23).
Identitas budaya suatu masyarakat tertentu selalu menghadirkan pandangan stereotipe.  Begitu  pul halnya  dengan  identitas  buday Using.  Orang  Using diprasangkai sebagai sosok yang kasar (tidak punya tata krama), longgar dalam nilai, terutama  yang terkait dengan hubungan antarlawan jenis, dan memiliki ilmu gaib destruktif yang disebut santet, pelet, sihir, dan sebangsanya (Subaharianto, 1996:3). Di samping citra negatif  tersebut, orang Using juga dikenal memiliki citra positif yang membuatnya dikenal luas  dan dianggap sebagai aset budaya yang produktif yaitu 1) ahli dalam bercocok tanam; 2)  memiliki tradisi kesenian yang handal; 3) sangat egaliter, dan 4) terbuka terhadap perubahan (Sutarto, 2003).
Orang  Using  dikenal  sangat  kaya  akan  produk-produk  kesenian.  Dalam masyarakat Using, kesenian tradisional masih tetap terjaga kelestariannya, meskipun ada  beberapa  yang  hampir  punah.  Kesenian  pada  masyarakat  Using  merupakan produk adat yang mempunyai relasi dengan nilai religi dan pola mata pencaharian di bidang  pertanian.  Laku  hidup  masyarakat  Using  yang  masih  menjaga  adat serta pemahaman  mereka  terhadap  pentingnya  kesenian  sebagai  ungkapan  syukur  dan kegembiraan  masyarakat  petani  telah  menjadikan  kesenian  Using  tetap  terjaga hingga sekarang. Tulisan ini akan memaparkan produk-produk kesenian Using yang hingga sekarang masih memiliki pendukung yang kuat.

© アダン
Maira Gall