Monday, November 11, 2013

”OIDIPUS SANG RAJA” oleh Sophokles


Sinopsis Plot
            Pada suatu ketika di istana Thebes para rakyatnya datang menghadap rajanya Oidipus, mengeluhkan keadaan Thebes yang dari hari ke hari semakin memburuk. Datanglah Creon membawa berita gembira tentang jalan keluar dari kesengsaraan yang terjadi di Thebes, bahwa kematian Laius raja Thebes dahulu kala harus dibalas dengan darah pula. Oidipus pun bersumpah akan mengungkap rahasia dari kematian Laius dan mencari siapa pembunuhnya untuk menyelamatkan Thebes yang sedang dilanda bencana.
            Oidipus pun memanggil seorang pertapa yang buta matanya bernama Teresias, ia di Thebes terkenal sebagai sorang pertapa yang tahu segalanya. Pertapa itu mengatakan bahwa yang membunuh Laius raja Thebes dulu adalah Oidipus sendiri, Oidipus pun tidak percaya dan menuduh Teresias berkomplot dengan Creon adik iparnya yang memiliki niat untuk menjatuhkan Oidipus dari singgasana kerajaan. Mendengar tuduhan tersebut Creon pun marah, memang ia yang mengusulkan Teresias untuk datang ke istana menemui Oidipus. Tapi Creon bersikeras bahwa ia tidak berkeinginan menjadi raja, hidup seperti raja tanpa mahkota itulah keinginannya. Oidipus tidak peduli dan tetap menuntut kematian Creon karena pengkhianatan yang ia tuduhkan. Jocasta permaisuri Thebes istri Oidipus datang dan menenangkan suasana, menyuruh Creon pergi dari istana dan masuk ke istana bersama Oidipus untuk menenangkan hati suaminya.
            Jocasta berkata kepada Oidipus bahwa dulu sebelum kematian raja Laius seorang pertapa juga yang merupakan perantara dewa Apollo, mengatakan bahwa Laius akan mati dibunuh oleh puteranya sendiri tapi kenyataanya ia mati terbunuh oleh sekawanan penyamun. Sementara putera Laius belum berumur tiga hari sudah dibuang di hutan pegunungan Cithaeron, dijaga oleh seorang gembala. Mendengar cerita Jocasta hati Oidipus malah semakin resah, pasalnya di tempat kelahirannya Corintha ia pernah mendengar seorang pemabuk berkata bahwa ia bukanlah putera kandung dari Polybus raja Corintha dan Merope ratu Corintha dan ia juga mendapatkan kutukan dari para dewa bahwa ia akan membunuh Ayahnya dan akan menikahi Ibu kandungnya sendiri. Mendengar tujuman para dewa tersebut Oidipus lari dari Corintha, pada saat pelariannya ia dihadang oleh sekelompok pemuka dan seorang tua maka dibunuhlah mereka semua olehnya. Oidipus semakin gundah, apakah ia yang ternyata telah membunuh Laius raja Thebes? Apakah ia akan menikahi Ibu kandungnya sendiri? Harapan satu-satunya terletak pada sang gembala, saksi dari seluruh rangkaian tragedi.
            Datanglah sebuah berita gembira dari Corintha bahwa Oidipus diangkat sebagai raja disana, karena Polybus telah wafat karena sakit dan usia yang menua. Mendengar berita ini Oidipus senang hatinya bahwa tujuman para dewa tidak terbukti, bahwa ia akan membunuh Ayah kandungnya sendiri tidak terjadi. Tapi ia masih khawatir karena Merope masih hidup, ia takut menikahi Ibu kandungnya sendiri. Orang Corintha tersebut berkata bahwa Oidipus bukanlah putera kandung Polybus dan Merope, Oidipus ternyata diambil dari seorang gembala di lembah Cithaeron yang memberikan seorang bayi dengan cacad di kaki karena dipaku kepada orang Corintha itu. Mendengar cerita orang Corintha tersebut Oidipus menyuruh untuk cepat menjemput gembala itu.
            Maka datanglah gembala tersebut mengungkapkan segala kebenaran bahwa ternyata semua kutukan para dewa benar apa adanya, Oidipus lah anak Laius dan Oidipus lah yang telah membunuh Ayah kandungnya, bayi yang dibuang di lembah Corintha adalah bayi Jocasta dan Jocasta lah ternyata Ibu kandungnya yang telah ia nikahi. Oidipus lah durjana penyebab bencana yang terjadi di Thebes, pembunuh raja Laius.
Mendengar segala kebenaran telah terungkap Jocasta pun bunuh diri dan Oidipus menusuk matanya dengan jarum sampai dirinya buta, menanggung malu dan derita yang tak terkira. Oidipus pun menyuruh Creon untuk membuang dirinya, seperti janjinya kepada Thebes bahwa pembunuh Laius haruslah dibuang dan dibunuh. Tapi sebelum dirinya dibuang ia memegang pipi kedua putrinya Antigone dan Ismene dan berpesan kepada Creon untuk menjaga kedua putrinya tersebut untuk dirinya.
Begitulah nasib Oidipus, dulu dia adalah seorang pahlawan tapi seiring berjalannya waktu segala rahasia gelap tentang dirinya pun terungkap.

Karakter Tokoh
            Oidipus (raja Thebes), dari setiap ucapannya selalu tegas dan berwibawa menunjukkan ialah sang raja bahkan dikala semua rahasia telah terungkap bahwa dirinya lah sang durjana aib bagi Thebes ucapan-ucapannya tetap berwibawa. Tapi disamping kewibaannya seorang raja yang ia miliki, Oidipus memiliki sifat buruk bahwa setiap rahasia itu harus selalu diungkap, tidak ada hal yang tidak diketahui ia. Segala cara untuk mengungkapkan sebuah kebenaran walaupun pahit rasanya harus dilakukan, ia tidak mengerti bahwa di dunia ini ada rahasia-rahasia yang selamanya harus menjadi rahasia demi kebaikan masa depan. Bisa dilihat sendiri nasib Oidipus yang senjata makan tuan, dimana rahasia-rahasia buruk yang ia ungkap ternyata adalah dirinya sendiri.
            Pendeta, sebagai pemimpin para demonstran yang terdiri dari para rakyat Thebes dialah yang mengemukakan keluhan kepada sang raja tentang keadaan Thebes yang dari hari ke hari semakin buruk karena dilanda bencana. Layaknya seorang pendeta tua atau pemuka agama yang memiliki ucapan yang halus, sopan, santun, dan memiliki pengalaman yang lebih banyak dari yang muda oleh karena itu dipercaya sebagai perantara bicara antara rakyat Thebes dengan rajanya.
            Creon (ipar Oidipus), saudari Jocasta yang memiliki sifat bijaksana dalam berkata dan berbuat. Saat dirinya dituduh Oidipus berkomplot bersama Teresias sang pertapa untuk menjatuhkan Oidipus dari tahtanya, Creon membantah fitnah itu dengan bijaksana, ia berkata bahwa mahkota kerajaan bukanlah keinginannya tapi hidup layak seorang raja tanpa mahkita itulah keinginannya, baginya tahta tidak bisa memberikan kenikmatan dan kebebasan hidup.
            Teirisias, sebagai seorang pertapa yang tahu segala sesuatu saat ia bertemu Oidipus pertama kali dirinya sudah tahu kalau Oidipus lah pembunuh raja Laius dan pembawa bencana bagi Thebes, dia sempat takut untuk mengatakan hal tersebut tapi akhirnya berkata apa yang sebenarnya setelah terus menerus dipaksa oleh Oidipus.
            Jocasta (permaisuri raja Thebes), selayaknya seorang pemaisuri raja ia selalu setia mendampingi Oidipus. Tapi ketika kebenaran mulai terungkap bahwa Oidipus adalah anak kandungnya yang ia buang dulu ke lembah Corintha karena ramalan dari para dewa bahwa anaknya akan membunuh suaminya dan menikahi dirinya benar adanya, Jocasta pun takut mengemban malu yang tak terkira membuat dirinya memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri.
            Orang Corintha, tidak merasa takut ketika memberi tahu bahwa Oidipus bukanlah anak kandung Polybus dan Merope karena ia menyampaikan apa yang ia ketahui tanpa tahu ramalan dewa Apollo.

            Gembala, sebagai saksi kunci sama seperti Teresias sang pertapa ia pun ketakutan bahwa yang telah ia lakukan dulu memberikan bayi yang dibuang Jocasta kepada orang Corintha untuk diasuh yang ia kira dapat membawa jauh-jauh bayi itu dari Thebes ternyata adalah keputusan yang fatal membuat segala ramalan dan tujuman para dewa benar apa adanya. Bahwa bayi itu (Oidipus) kembali ke Thebes membunuh Ayah dan menikahi Ibu kandungnya.

No comments

Post a Comment

© アダン
Maira Gall