Monday, November 11, 2013

LOVEFIELD oleh Matthieu Ratthe

Nama   : Rasyadan Muhammad
NIM    : 1130550037


Matthie Ratthe seorang sutradara asal Kanada, membuat sebuah film pendek dengan judul Lovefield (2008). Film ini adalah penggabungan dari horor, ketegangan dan drama untuk membuat alur cerita yang memainkan emosi penonton. Cerita diawali di hamparan ladang gandum, tepatnya di sebuah daerah yang bernama Hedren Hill County. Seekor burung gagak berkicau seakan memberi tahu kalau akan atau telah terjadi sesuatu yang sangat buruk. Di tengah-tengah ladang gandum tersebut tergeletak sebuah ponsel, uang dan tas tersebar di tanah, disamping barang-barang tersebut seorang wanita dengan darah di kaki yang menangis kesakitan. Beberapa saat setelah itu wanita berhenti menangis muncul seorang pria berbadan besar dengan tangan yang berlumuran darah menusuk sebilah pisau di tanah. Dia berlari dari meninggalkan ladang menuju sebuah mobil dipinggir jalan dengan ekspresi panik, ia membuka bagasi belakang dan membawa sebuah selimut ke ladang gandum menuju wanita yang tergeletak di tanah tadi. Setelah itu adegan berlanjut dan sekaligus berakhir dengan klimaks yang tidak terduga.
Hal menarik dari film ini adalah sarat dengan simbol-simbol, salah satunya pada awal film adanya sesosok burung gagak. Hewan ini selalu dianggap sebagai pembawa ketakutan, di Eropa banyak sekali cerita dalam dongeng yang berkisah tentang penyihir dan hampir semua penyihir dalam dongen-dongeng tersebut memelihara burung gagak, di Indonesia burung gagak dianggap sebagai pembawa sial bahkan di sebagian daerah burung gagak dipercaya sebagai pembawa pesan kematian. Melalui munculnya sosok burung gagak di awal cerita dapat kita prediksi film ini adalah film horor atau mungkin alur ceritanya akan berakhir dengan tragis atau menakutkan. Ditambah pada scene-scene­ selanjutnya diperlihatkan sebuah ponsel dengan nada putus, sebuah tas dengan uang yang berserakan dan sebuah celana dalam wanita. Bila secara mudah kita prediksi, penonton akan beranggapan bahwa telah atau sedang terjadi sesuatu yang mengerikan, seperti mungkin pemerkosaan atau mungkin dengan sosok pria berbadan besar yang secara mengagetkan menghujamkan sebilah pisau dengan tangan yang berlumuran darah ke tanah makin membuat liar imajinasi kita bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan sadis. Tapi diakhir film alur cerita yang diprediksi akan tragis atau menakutkan justru terbalik, fungsi sosok seekor burung gagak yang membayang-bayangi sang pria hanyalah sebagai penghantar atau mungkin menipu emosi penonton. Ponsel dengan nada putus, tas yang berserakan uang dan celana dalam wanita ternyata memiliki maksud lain. Sang sutradara berhasil menipu emosi penonton, yang awalnya beranggapan negatif ternyata tidak.
Hal yang kurang dari film ini adalah hal yang juga merupakan kunci akhir dari film ini. Bila telah menonton film ini dapat dimaknai bahwa segala simbol-simbol pembawa sial salah satunya burung gagak hanya berfungsi sebagai penghantar emosi penonton, di akhir film digambarkan bahwa ternyata sang pria panik karena istrinya telah melahirkan seorang bayi di tengah ladang gandum tersebut. Apabila dengan sudut pandang luas bisa kita analisis bahwa burung gagak yang menyimbolkan akan terjadi kesialan benar apa adanya, bisa jadi dengan lahirnya seorang bayi di tengah ladang gandum pada siang hari adalah awal dari kesialan tersebut. Bisa kita bayangkan pada kehidupan nyata, telah lahir bayi saat siang hari di tengah-tengah ladang gandum yang pada saat itu juga disekelilingnya banyak simbol-simbol kesialan, petanda buruk, dan sebagainya yang negatif. Pertanda-pertanda atau simbol-simbol buruk tersbut bisa jadi adalah awal kesialan bagi sang bayi dan berlanjut di hari-hari selanjutnya. Tapi sekali lagi hal ini hanyalah masalah skenario cerita, yang memang dalam sebuah film khususnya non-fiksi tidak harus berbanding lurus dengan realita.
Terdapat empat tokoh dalam film ini, pertama adalah sang wanita yang diperankan oleh Bianca Gervais. Sebagai tokoh seorang wanita yang sedang melahirkan, dia mampu menggambarkan betapa berat dan tersiksanya melahirkan seorang bayi, dengan jeritan tangis dan bahasa tubuh yang dia mainkan dengan sangat real atau nyata. Tokoh kedua adalah sang pria berbadan besar yang diperankan Pierre Lebeau, sebagai seorang suami dari sang wanita yang panik harus menghadapi istrinya yang harus melahirkan di tengah-tengah ladang gandum dia mampu menggambarkan ekspresi gugup dan ketakutan seakan dia telah melakukan sesuatu yang salah atau keji. Ditambah dengan postur tubuhnya yang berbadan besar mendukung permainan emosi yang disajikan melalui alur cerita film ini. Tokoh ketiga adalah seorang bayi yang baru lahir, munculnya bayi ini merupakan klimaks keseluruhan alur cerita berupa tipuan emosi penonton. Tokoh terakhir adalah seorang polisi yang muncul pada akhir film, sebab kemunculan seorang polisi di akhir film sudah ditandai melalui ponsel dengan nada putus di awal tadi.
Intinya secara keseluruhan sebagai film pendek, dari rangkaian antar scene, camera angles, pergerakan kamera, kontinyuitas, dan komposisi sudah sangat padat, jelas dan sangat menarik untuk ditonton. Musik juga mendukung suasana ketegangan dan lalu diakhiri kebahagiaan di akhir film dengan sangat baik. Sebagai film pendek karya Lovefield ini sudah sangat menarik dan dapat dirubah dari susunan yang sangat simpel menjadi kompleks dalam film berdurasi panjang, seperti sebagai ending atau mungkin model film flashback yang menceritakan apa yang telah terjadi. Good job Matthieu Ratthe!

Judul film        : LOVEFIELD
Sutradara         : Matthieu Ratthe
Produser          : Matthieu Ratthe
Penulis             : Matthieu Ratthe
Editor              : Matthieu Ratthe
Pemain                        : Bianca Gervais, Pierre Lebeau
Directed of
Photography   : Yan Savard

Art Director     : Joseph Gagne, Maurice Roy

No comments

Post a Comment

© アダン
Maira Gall