Nama :
Rasyadan Muhammad
NIM :
1130550037
Matthie Ratthe seorang sutradara asal
Kanada, membuat sebuah film pendek dengan judul Lovefield (2008). Film ini
adalah penggabungan dari horor, ketegangan dan drama untuk membuat alur cerita yang
memainkan emosi penonton. Cerita diawali di hamparan ladang gandum, tepatnya di sebuah daerah yang
bernama Hedren Hill County. Seekor
burung gagak berkicau seakan memberi tahu kalau akan atau telah terjadi sesuatu
yang sangat buruk. Di tengah-tengah ladang gandum tersebut tergeletak sebuah ponsel,
uang dan tas tersebar di tanah, disamping barang-barang tersebut seorang wanita
dengan darah di kaki yang menangis kesakitan. Beberapa saat setelah itu wanita
berhenti menangis muncul seorang pria berbadan besar dengan tangan yang
berlumuran darah menusuk sebilah pisau di tanah. Dia berlari dari meninggalkan
ladang menuju sebuah mobil dipinggir jalan dengan ekspresi panik, ia membuka
bagasi belakang dan membawa sebuah selimut ke ladang gandum menuju wanita yang tergeletak di
tanah tadi. Setelah itu adegan berlanjut dan sekaligus berakhir dengan klimaks
yang tidak terduga.
Hal menarik dari film ini adalah sarat
dengan simbol-simbol, salah satunya pada awal film adanya sesosok burung gagak.
Hewan ini selalu dianggap sebagai pembawa ketakutan, di Eropa banyak sekali
cerita dalam dongeng yang berkisah tentang penyihir dan hampir semua penyihir
dalam dongen-dongeng tersebut memelihara burung gagak, di Indonesia burung
gagak dianggap sebagai pembawa sial bahkan di sebagian daerah burung gagak
dipercaya sebagai pembawa pesan kematian. Melalui munculnya sosok burung gagak
di awal cerita dapat kita prediksi film ini adalah film horor atau mungkin alur
ceritanya akan berakhir dengan tragis atau menakutkan. Ditambah pada scene-scene selanjutnya diperlihatkan
sebuah ponsel dengan nada putus, sebuah tas dengan uang yang berserakan dan
sebuah celana dalam wanita. Bila secara mudah kita prediksi, penonton akan
beranggapan bahwa telah atau sedang terjadi sesuatu yang mengerikan, seperti
mungkin pemerkosaan atau mungkin dengan sosok pria berbadan besar yang secara
mengagetkan menghujamkan sebilah pisau dengan tangan yang berlumuran darah ke
tanah makin membuat liar imajinasi kita bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan
sadis. Tapi diakhir film alur cerita yang diprediksi akan tragis atau
menakutkan justru terbalik, fungsi sosok seekor burung gagak yang
membayang-bayangi sang pria hanyalah sebagai penghantar atau mungkin menipu
emosi penonton. Ponsel dengan nada putus, tas yang berserakan uang dan celana
dalam wanita ternyata memiliki maksud lain. Sang sutradara berhasil menipu
emosi penonton, yang awalnya beranggapan negatif ternyata tidak.
Hal yang kurang dari film ini adalah hal
yang juga merupakan kunci akhir dari film ini. Bila telah menonton film ini
dapat dimaknai bahwa segala simbol-simbol pembawa sial salah satunya burung
gagak hanya berfungsi sebagai penghantar emosi penonton, di akhir film
digambarkan bahwa ternyata sang pria panik karena istrinya telah melahirkan seorang
bayi di tengah ladang gandum
tersebut. Apabila dengan sudut pandang luas bisa kita analisis bahwa burung
gagak yang menyimbolkan akan terjadi kesialan benar apa adanya, bisa jadi
dengan lahirnya seorang bayi di tengah ladang gandum pada siang hari adalah awal dari
kesialan tersebut. Bisa kita bayangkan pada kehidupan nyata, telah lahir bayi
saat siang hari di tengah-tengah ladang gandum yang pada saat itu juga disekelilingnya banyak
simbol-simbol kesialan, petanda buruk, dan sebagainya yang negatif. Pertanda-pertanda
atau simbol-simbol buruk tersbut bisa jadi adalah awal kesialan bagi sang bayi
dan berlanjut di hari-hari selanjutnya. Tapi sekali lagi hal ini hanyalah
masalah skenario cerita, yang memang dalam sebuah film khususnya non-fiksi
tidak harus berbanding lurus dengan realita.
Terdapat empat tokoh dalam film ini,
pertama adalah sang wanita yang diperankan oleh Bianca Gervais. Sebagai tokoh
seorang wanita yang sedang melahirkan, dia mampu menggambarkan betapa berat dan
tersiksanya melahirkan seorang bayi, dengan jeritan tangis dan bahasa tubuh
yang dia mainkan dengan sangat real
atau nyata. Tokoh kedua adalah sang pria berbadan besar yang diperankan Pierre
Lebeau, sebagai seorang suami dari sang wanita yang panik harus menghadapi
istrinya yang harus melahirkan di tengah-tengah ladang gandum dia mampu menggambarkan ekspresi
gugup dan ketakutan seakan dia telah melakukan sesuatu yang salah atau keji.
Ditambah dengan postur tubuhnya yang berbadan besar mendukung permainan emosi
yang disajikan melalui alur cerita film ini. Tokoh ketiga adalah seorang bayi yang baru lahir,
munculnya bayi ini merupakan klimaks keseluruhan alur cerita berupa tipuan
emosi penonton. Tokoh terakhir adalah seorang polisi yang muncul pada akhir
film, sebab kemunculan seorang polisi di akhir film sudah ditandai melalui
ponsel dengan nada putus di awal tadi.
Intinya secara keseluruhan sebagai film
pendek, dari rangkaian antar scene, camera angles, pergerakan kamera,
kontinyuitas, dan komposisi sudah sangat padat, jelas dan sangat menarik untuk
ditonton. Musik juga mendukung suasana ketegangan dan lalu diakhiri kebahagiaan
di akhir film dengan sangat baik. Sebagai film pendek karya Lovefield ini sudah
sangat menarik dan dapat dirubah dari susunan yang sangat simpel menjadi
kompleks dalam film berdurasi panjang, seperti sebagai ending atau mungkin model film flashback
yang menceritakan apa yang telah terjadi. Good
job Matthieu Ratthe!
Judul film :
LOVEFIELD
Sutradara :
Matthieu Ratthe
Produser :
Matthieu Ratthe
Penulis :
Matthieu Ratthe
Editor :
Matthieu Ratthe
Pemain :
Bianca
Gervais, Pierre Lebeau
Directed of
Photography : Yan Savard
Art Director : Joseph Gagne, Maurice Roy
No comments
Post a Comment