Film
Say Hello to Yellow yang berdurasi
kurang lebih 20 menit disutradarai oleh B.W. Purbanegara. Dalam film ini sang
sutradara yang berasal dari Sleman, Yogyakarta menggambil setting tempat di Gunung Kidul. Sebuah film dengan alur kisah yang
penuh sindiran bagi orang-orang kebanyakan saat ini, dimana benda yang bernama gadget baik handphone, blackberry,
dan lain sebagainya sudah tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Film ini
bercerita tentang seorang anak kecil bernama Risma pindah tempat tinggal dari
kota ke desa. disana ia tinggal bersama Ibunya yang merupakan seorang bidan.
Risma sangat menyukai segala sesuatu yang berwarna kuning, sampai segala
sesuatu yang ia kenakan pasti memiliki unsur warna kuning seperti tas, buku,
dan handphone. Di desa ia sekolah di
sebuah sekolah dasar, ia selalu membawa ponselnya kemana-kemana dan berlagak
telponan. Komunikasi Risma dengan teman-teman barunya agak kurang baik karena
ia selalu sibuk dengan ponselnya. Salah satu teman baru Risma yang bernama
Kurniati mencoba mendekati Risma dengan menanyakan namanya, memberinya jajanan
makanan khas desa tersebut, dan mengantar pulang Risma bersamanya dengan
sepeda. Teman lainnya yang bernama Ranto dan Boni juga berusaha mendekati
Risma, tapi Risma selalu saja mengacuhkan mereka. Padahal Ranto telah menyimpan
buku komik Risma yang dulu tertinggal di tepi sungai. Suatu saat Risma terpaksa
ikut Kurniati yang katanya mau ke bukit di desa itu karena Risma tidak mau
pulang bersama Ranto, Boni dan teman-temannya. Di bukit Risma melihat seluruh
warga desa yang ternyata terlihat sedang menelepon, karena hanya di bukit itu
terdapat sinyal handphone. Maka
ketahuan lah kalau ternyata ia selama di sekolah membawa ponsel dan berlagak
telponan hanya pura-pura, Risma juga kaget bahwa ternyata teman-temannya juga
semuanya memiliki handphone. Ia sadar
bahwa untuk berteman dan berkomunikasi tidak memerlukan ponsel, sebuah ponsel
ternyata telah mengabaikan apa saja yang berada disekitar kita bahkan teman
sekalipun.
Hal
menarik dari film ini adalah cara sang sutradara menyuguhkan cerita dengan unik
dan menarik jadi alur ceritanya dapat penonton nikmati dengan mudah, ditambah
dengan ending dari film ini yang
seketika merubah dugaan sementara penonton tentang ponsel, lingkungan, tata
karma, dan juga perubahan budaya yang dipengaruhi oleh teknologi saat ini.
Mungkin
film ini hampir tidak ada kekurangan dari segi plot/alur cerita, karakter dan
pemeranan tokoh, sinematografi, dan tata suara. Jadi wajar kalau film ini telah
meraih banyak juara di berbagai festival seperti: Piala Citra di Festival Film
Indonesia 2011, Film Pendek Terunggul Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2012, dan masih
banyak yang lainnya. Mungkin itu review
dan testimoni singkat mengenai film pendek ini, pesan yang bisa diambil dari
film ini adalah bahwa boleh lah kita mengikuti laju arus perkembangan teknologi
saat ini tapi jangan lah kita sampai lupa dengan budaya atau
kebiasaan-kebiasaan khas bangsa kita yang ramah, santun, dan bertata krama.
Punya film nya ka??
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKalo punya boleh kirim via email ka? Buat referensi, belum sempet nonton mslhnya😭
ReplyDeleteDi mana bisa mendapatkan film ini? Bagus juga buat anak-anak
ReplyDelete