oleh Rasyadan Muhammad (12112117)
Nyai Pohaci Sanghyang
Asri (Sunda) atau dalam budaya Jawa dikenal sebagai dewi Sri
adalah dewi pertanian, dewi padi dan dewi sawah, serta dewi kesuburan di pulau
Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya sudah berlangsung sejak masa
pra-Hindu dan pra-Islam masuk di pulau Jawa (http://id.wikipedia.org/wiki/Sri).
Berdasarkan pandangan
hidup masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang mayoritas adalah masyarakat agraris
dimana sumber kehidupan adalah berasal dari padi sebagai makanan pokoknya. Dari
kenyataan tersebut berdasarkan perenungan masyarakat Sunda dahulu kala dalam
mengolah pertanian terutama di sawah telah melahirkan penciptaan syair dan lagu
sebagai penghormatan dan persembahan terhadap Nyai Pohaci Sanghyang Asri atau
Dewi Sri, serta upaya untuk menolak bala agar cocok tanam mereka tidak
mengundang malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya.
Selanjutnya syair-syair
dan lagu-lagu persembahan untuk dewi Sri tersebut disertai iringan
bunyi-bunyian yang ditabuh terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas
sederhana yanbg kemudian struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang
bernama angklung dan calung.
Dewi sri adalah dewi percocok tanaman , terutama padi dan sawah di
pulau jawa dan bali. Ia memiliki pengaruh di dunia bawah tanah dan terhadap
bulan. Ia juga dapat mengontrol bahan makanan di bumi dan kematian. Karena ia
merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Sebagai
tokoh yang sangat diagung-agungkan, ia memiliki berbagai versi cerita,
kebanyakan melibatkan dewi sri (dewi asri, nyi pohaci) dan saudara laki-lakinya
sedana (sadhana atau sadono), dengan latar belakang kerajaan medang kamulan,
atau kahyangan (dengan keterlibatan dewa-dewa seperti batara guru), atau
kedua-duanya. Di beberapa versi, dewi sri dihubungkan dengan ular sawah
sedangkan sadhana dengan burung sriti. Orang jawa tradisionalmemiliki
tempat khusus di tengah rumah mereka untuk dewi sri agar mendapatkan kemakmuran
yang dihiasi dengan ukiran ular. Di masyarakat pertanian, ular yang masuk ke
dalam rumah tidak diusir karena ia meramalkan panen yang berhasil, sehingga
malah diberi sesajen. Di bali, mereka menyediakan kuil khusus untuk dewi sri di
sawah. Orang sunda memiliki perayaan khusus dipersembahkan untuk dewi sri (http://subang--kuningan.blogspot.com/2012/05/asal-usul-angklung.html
diunduh tanggal 17 Desember 2012 pukul 18.50).
Perkembangan
selanjutnya dalam permainan alat musik angklung selain sebagai iringan
lagu-lagu persembahan untuk dewi Sri, disertai juga didalamnya unsur gerak
berupa tari yang ritmis dengan pola tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara
penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat mengawali menanam padi
yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk. Demikian pula pada acara-acara lainnya yang bersangkut
paut dengan padi dan sawah seperti saat pesta panen dan sebagainya.
No comments
Post a Comment