Film
“Cinema Paradiso” yang disutradarai oleh Giuseppe Tornatore seorang
berkebangsaan Italia pada tahun 1988 dibuka dengan sebuah shot yang cukup
menarik. Dengan diiringi musik instrumental menggambarkan keromantisan. Digambarkan
sebuah mangkuk yang berisi tanaman umbi yang masih muda, diletakkan diatas
dinding balkon menghadap hamparan biru laut yang tenang, serta sebuah tirai
berwarna putih diatas kanan berkibar tertiup angin. Lalu muncul credit title
diiringi dengan pergerakan kamera mundur ke belakang (track out). Perlahan
mulai terlihat dua buah kaca jendela disebelah kanan dan kiri yang membingkai
gambar mangkuk berisi ubi diatas balkon dan lautan dibelakangnya. Kamera terus
bergerak mundur sampai terlihat sebuah meja yang diatasnya terdapat mangkuk
berisi banyak buah jeruk lemon berwarna kuning. Kemudian kamera berhenti
bergerak dan muncul judul film Cinema Paradiso dengan font style dan warna
seperti pada baliho atau nama sebuah tempat klub atau hiburan yang menggunakan
lampu neon pada era tahun 80an, warna ungu dan kuning keemasan dibingkai warna
biru ditambah sebuah ornamen bintang menggantikan titik pada huruf I pada kata
Cinema.
Film
“Cinema Paradiso” sendiri bercerita tentang hubungan seseorang anak yang
bernama Salvatore Di Vita (Toto) dengan seorang operator proyektor film di
sebuah bioskop yang bernama Alfredo. Cerita dalam film dimulai sekitar 30 tahun
setelah Salvatore meninggalkan Sisilia, kampung halamannya dimana Ibu, adiknya
dan Alfredo tinggal. Ibunya mencoba menghubungi anaknya dan walaupun adik
perempuannya tidak yakin apakah Salvatore masih ingat segala hal tentang
kampung halamannya tetapi Ibunya sangat yakin bahwa setelah 30 tahun
meninggalkan kampung halamannya, Salvatore atau yang saat masih kecil sering
dipanggil Toto masih ingat tentang segala hal disana. Karena dia tau dekatnya
hubungan antara Toto dengan Alfredo, yang ternyata pada adegan berikutnya
Salvatore yang saat itu tinggal di Roma mendapat kabar bahwa Alfredo telah
meninggal dunia.
Maka berlanjutlah cerita
dengan flashback dimasa Toto kecil sebagai seorang anak yang membantu pastur
dalam sebuah gereja dan lalu bertemu dengan Alfredo yang setiap harinya
berkerja disebuah bioskop untuk mengoperasikan mesin proyektor film.
Kembali
lagi pada shot pembuka diawal film, hal menarik dari simbolisasi yang diangkat
oleh sang sutradara yakni ketika kamera bergerak mundur (track out) melewati
dua buah kaca jendela dan terlihat mangkuk berisi banyak buah jeruk lemon,
dalam essay yang ditulis oleh Barbara Poyner dikatakan bahwa buah jeruk lemon
berwarna kuning tersebut merupakan motif atau ciri khas masyarakat Sisilia,
Italia.
Kemudian setelah judul
muncul, terdengar suara Ibu Salvatore yang sedang menelepon mencari alamat dan
nomor telepon Salvatore. Terlihat wajah sang Ibu seperti siluet diterangi
sedikit cahaya dimana bayangan hitam lebih dominan, dalam essay Poyner juga
dikatakan efek pencahayaan tersebut menyugestikan kepada penonton bahwa film
ini adalah film hitam putih tetapi sebenarnya berwarna.
Simbol lainnya adalah
pakaian berwarna hitam yang dikenakan oleh adik Salvatore, pakaian hitam dalam
tradisi Sisilia menyimbolkan bahwa ada salah seorang yang telah meninggal
dunia. Lalu pada scene selanjutnya ketika Salvatore baru pulang dari tempat
kerja dan istrinya mengatakan bahwa dia mendapat telepon dari Ibunya dan kabar
bahwa Alfredo telah meninggal dunia, padahal pada adegan sebelumnya Ibu ataupun
adik Salvatore tidak mengatakan apapun tentang kematian.
Pola
komposisi gambar opening shot diawal film dimana dominan sebuah objek
diletakkan ditengah frame dan unsur estetika garis imajiner dari depan ke
belakang yang tidak berujung terulang pada shot di adegan terakhir, dimana
ketika Salvatore mengantarkan jenazah Alfredo di tengah jalan raya gambar
diambil long shot dan objek diletakkan di tengah-tengah frame serta membentuk
garis imajiner tidak berujung.
No comments
Post a Comment